Pena Bukan di Tangan Saya, Jurus Suci Wabup Rohil Mengelak dari Tanggung Jawab?

Pena Bukan di Tangan Saya, Jurus Suci Wabup Rohil Mengelak dari Tanggung Jawab?

Rokan Hilir - Di bumi Rokan Hilir, rakyat sudah mulai hafal satu mantra sakti Wakil Bupati Jhony Charles. Begitu ada warga mengadu tentang jalan yang hancur, bantuan yang hilang, atau janji yang basi, ia akan mengucapkan kalimat keramatnya: “Pena bukan di tangan saya.”

Kalimat ini begitu sering keluar, sampai-sampai warga bercanda bahwa seharusnya ia dijadikan slogan resmi kantor Wabup. Tidak perlu papan visi misi yang panjang-panjang, cukup tulis besar-besar: “Pena bukan di tangan saya.”

Dengan jurus ini, Wabup berhasil memposisikan diri sebagai pejabat “spesialis cuci tangan". Ia tidak perlu repot menandatangani keputusan, tidak perlu mengupayakan perubahan, cukup melemparkan kalimat pamungkas itu, dan selesai sudah urusan.

Warga pun mulai bertanya-tanya: kalau pena tidak di tangan Wabup, mungkin ia hanya duduk manis di kursi empuk sebagai dekorasi kantor bupati. Atau mungkin pena itu tercecer entah di mana, dan selama ini beliau sibuk mencarinya sambil tetap menerima gaji dan tunjangan.

Ironisnya, kalimat ini justru menjadi simbol betapa jauh jarak antara rakyat dan pemimpinnya. Padahal, jabatan Wakil Bupati seharusnya bukan sekadar ornamen di struktur pemerintahan. Ia adalah bagian dari eksekutif yang bisa mengetuk meja, bersuara lantang, dan memperjuangkan kepentingan rakyat.

Tapi sayang, di Rohil hari ini, pena itu bukan di tangan Wabup. Dan entah kapan, atau apakah pernah pena itu akan benar-benar dipegangnya. **

Kategori: Opini

Penulis: Muhajirin Siringo Ringo

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index